Teori kelompok
Teori kelompok dalam
kepemimpinan dikembangkan atas dasar ilmu psikologi social. Teori menyatakan
bahwa untuk pencapaian tujuan tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dan bawahannya. Kepemimpinan itu merupakan suatu proses
pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya yang juga melibatkan konsep
sosiologi tentang peranan yang diharapkan kedua belah pihak.
Bila kita lihat data penelitian yang pernah dilakukan, kita akan menemui
data data yang menunjukan bahwa para pemimpin yang selalu memperhatikan dan
memperhitungkan bawahannya. Hal ini mempunyai dampak positif pada sikap,
kepuasan dan pelaksanaan kerja.tetapi bagaimanapun juga tanpa mengurangi arti
penemuan ini terdapat kenyataan bahwa masih terdapat variable-variabel penting
lainnyadalam proses kepemimpinan, seperti cirri cirri seorang pemimpin dan
variable variable situsional.
Teori situasional
Fred fiedler telah
mengajukan sebuah model dasar situasional bagi efektivitas kepemimpinan, yang
dikenal sbagai contingency model of leadership effectiveness. 3 model ini
menjelaskan hubungan antra gaya kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan
atau menyenangkan. Situasi situasi tersebut digambarkan oleh fiedler dalam tiga
dimensi empiric yaitu
1. hubungan pimpinan anggota
2. tingkat struktur tugas
3. posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang formal.
Situasi situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi diatas
adalah berderajat tinggi. Bila situasi terjadi sebaliknya maka sangat tidak
menguntungkan bagi si pemimpin.
TEORI PATH-GOAL
Telah diakui secara luas
bahwa teori kepemimpinan dikembangkan dengn mempergunakan kerangka dasar teori
motivasi. Ini merupakan pengembangan yang wajar, sebab kepemimpinan itu erat
hubungannya dengan motivasi di satu pihak dan dengan kekuasaan di pihak lain.
Teori path-goal ini menganalisa pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi
bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Teori ini memasukkan 4 tipe atau gaya
pokok perilaku pemimpin, yaitu :
1. kepemimpinan direktif. Bawahan
tau secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah perintah khusus
diberikan oleh pemimpin. Disini tidak ada partisipasi oleh bawahan. Hasil
penemuan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif mempunyai hubungan yang
positif dengan kepuasan dan harapan bawahan yang melakukan pekerjaan mendua,
dan mempunyai hubungan yang negative dengan kepuasan dan harapan bawahan yang
melakukan tugas tugas jelas.
2. kepemimpinan suportif. Pemimpin yang selalu bersedia menjelaskan,
sebagai teman, mudah didekati dan menunjukan diri sebagai orang sejati bagi
bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengaruh yang sangat positif pada
kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas tugas yang penuh tekanan,frustasi
dan tidak memuaskan.
3. kepemimpinan partisipatif. Pemimpin meminta dan menggunakan saran
saran bawahan, tetapi masih membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam
organisasi industry manufaktur menyimpulkan bahwa dalam tugas tugas yang tidak
rutin karyawan lebih puas dibawah pimpinan yang partisipatif daripada pemimpin
yang non partisipatif.
4. kepemimpinan orientasi-prestasi. Pemimpin mengajukan tantangan dengan
tujuan yang menarik bagi bawahan dan merangsang bawahan untuk mencapai tujuan
tersebut serta melaksanakannya dengan baik.
Jadi, gaya gaya kepemimpinan ini dapat dipergunakan oleh pemimpin yang
sama dalam berbagai situasi yang berbeda. Baik model fiedler maupun teori
path-goal memasukkan tiga variable penting dalam kepemimpinannya, yaitu :
pemimpin, kelompok dan situasi.
Kepemimpinan sebagai system pengaruh
Sisiem interaksi antar pemimpin, kelompok dan situasi. Pemimpin
mempengaruhi kelompok dan situasi. Kelompok mempengaruhi pemimpin dan situasi.
Situasi mempengaruhi pemimpin dan kelompok. Jadi tiap tiap sub system
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh subsistem yang lain.model system pengaruh ini
tampaknya merupakan model yang secara paling akurat menguraikan apa itu poses
kepemimpinan.
1 komentar:
artikel yang bagus buat bahan training..
makasih share ilmunya
Posting Komentar